rumah untuk nana

judul: Rumah untuk Nana

teknik: akrilik diatas kanvas
ukuran 100 cmX100 cm
tahun: 2011
berawal dari obrolan kecil dengan teman perempuan saya,
tentang bayak hal termasuk tentang rumah impian yang akan kita tinggali kelak.
apakah kita mampu membelinya?

rumah adalah kebutuhan setiap orang. idealnya tentu milik sendiri.
apes-apesnya ngontrak. apes lagi ya menghuni paksa ruang yang tersisa. mau di kolong jembatan. mau di taman kota, atau di pekuburan milik bersama. tapi, itu tentu adalah ironi bukan?
meski ironi itu adalah kenyataan di negeri ini.
saat orang bisa setiap saat terusir dari rumahnya tanpa kepastian hukum.
entah karena bencana pengeboran seperti yang terjadi di porong sidoarjo dalam kasus lumpur lapindo.  atau karena sengketa lahan seperti di mesuji dan tempat-tempat lain yang berkonflik dengan pengusaha sawit yang puluhan kasusnya, dan belum tuntas.

atau karena tanah adat yang sudah dimiliki sejak jaman leluhur tahu-tahu diklaim oleh konglomerat pemilik HPH.ironi di negeri ini yang benar-benar terjadi.
pernah pemerintah menggembar-gemborkan tentang rumah murah. tetapi tak pernah terealisasi, atau minimal tergambar seperti apa konsepnya.lalu rumah hanya menjadi imajinasi. rumah menjadi mimpi yang mengawang.
yang bisa kita huni kalau kita nenggak pil koplo atau alkohol terlebih dahulu….

perjalanan…

dua karya saya yang bercerita tentang perjalanan spiritual yang sedang saya jalani…

judul: perjalanan belum selesai

teknik: akrilik diatas kanvas
ukuran: 90X90 cm
tahun: 2010


judul: perjalanan belum selesai II

teknik: akrilik diatas kanvas
ukuran: 80X80 Cm
tahun: 2011

 

fragmen imajinasi

ini adalah beberapa karya lama saya yang pernah saya pamerkan di darmint kafe pasar festival kuningan jakarta pada tahun 2006

judul karya: hujani

ukuran: 40X40 Cm
teknik:wood cut
Tahun: 2000

judul karya: rotasi revolusi

teknik: wood cut
ukuran: 40X60 cm
tahun: 2000

judul karya: seharusnya bahagia

teknik: wood cut
ukuran: 40X60 Cm
tahun: 2001