Hujan Pertama (cerpen)

Kota ini baru saja diguyur hujan.
Setelah kemarau yang begitu menyiksa. Hujan turun memanjakan dan sepertinya tak bosan-bosan. Menggerimisi jalanan dan kita. “Tuhan sedang iseng” katamu sambil tertawa. Aku nyengir lebar meski tak tahu apa maksudmu berkata begitu. Kurengkuh bahumu. ” Aku pengen iseng juga ah” kataku sambil bersicepat memagut mulutmu.. kamu tak sempat menghindar. Hanya bengong sesaat, kemudian larut oleh energi yang merasuk lewat mulutku. Merengsek ke dalam tubuh dan mendidihkan darah. Tak peduli orang-orang yang melihat ke arah kita. Sinis.. jijik.. atau pengen.. hahaha… Hujan melambatkan waktu. Membuat kita betah berberlama-lama meski di halte yang disampingnya ada tempat sampah menebarkan bau tak sedap. Sepertinya cinta mengharumkan serta mengusir bau busuk itu.

Cinta, yang sedang bermain-main di hati kita.
Kita seperti memiliki dunia lain yang dimana segalanya selalu menjadi indah. Hujan dan petir yang menggemuruh menjadi irama rampak menghangatkan. Tetesan air yang tampias mengenai wajahmupun bukan penyebab gigil karena aku selalu menghapusnya dengan ujung telunjuk. Kau pun melakukan hal yang sama. Menghalau setiap tetes air yang “iseng” mendarat di wajahku. Cinta membuat kita tak hirau oleh tatapan “aneh” orang-orang di sekitar kita. Cinta.. Ia meniadakan rasa malu. Ia menebalkan satu rasa.. “lampiaskan hasratmu.lampiaskann!!!”

Dua jam lebih kita berteduh di halte. Beberapa orang nekat menerobos hujan. Beberapa melompat keatas bus yang berhenti di depan halte. Entah, kita masih ingin berlama-lama. Penjual rokok disamping tampak terkantuk-kantuk. Cuaca seperti ini memang paling enak tidur. Memeluk guling atau memeluk pasangan . seperti yang kulakukan saat ini. Memelukmu,menciummu…dan.. menggaulimu laksana Adam dan hawa yang lupa diri. Di halte itu.. Ya.. di halte itu.

Tiba-tiba, entah darimana datangnya, rombongan orang berbaju putih itu.. Sambil meneriakkan kata dalam bahasa asing.. Mereka menerjang kita! Menghajar mulutku. Menginjak kelaminku.. menggebuk tengkukku!! Kamu pun tak luput dari hajaran. Perutmu diinjak-injak! Wajahmu koyak..! Dan lamat-lamat.. kudengar teriakan!! “bakar!!! Bakar!!!.. bakar pezinaa!!!” Yang kurasakan berikutnya adalah.. siraman dingin dari sebuah cairan menerjang tubuhku.. tubuh kita, yang kemudian berganti panas bara.. kita dibakar!. Ya.. Mereka ternyata benar-benar mewujudkan niatnya. Mewujudkan teriakannya.. Tak lama kemudian, kita berkelojotan.. Seperti babi panggang. Dibakar oleh orang-orang itu.. Orang-orang suci itu.. Sambil berteriak-teriak.. Seakan memenangkan sebuah perang suci… Dan.. panas menjalar.. panas yang sangat..
Aku memeluk kamu, Kamu mencium mulutku… Kita berkelojotan sambil berpelukan…. Sambil berciuman.. Sampai kemudian gelap mengepung.. Gelap.. Gelap…

Koran pagi memberitakan, “Sepasang gembel yang sedang berzina mati dibakar massa”